Notification

×

Iklan

Iklan

Tradisi Ngupati di Banyumas

Rabu, 19 Oktober 2022 | Oktober 19, 2022 WIB Last Updated 2023-06-01T00:36:03Z
Foto : bogoraya

Ngupati adalah tradisi atau ritual yang biasa dilakukan di Banyumas. Tradisi ini biasanya dilakukan di banyumas atau didaerah sekitarnya saat seorang perempuan yang mengandung dengan usia kandungan empat bulan. Tradisi Ngupati berlangsung hanya satu hari.

Tujuan dari diadakannya tradisi ini adalah bertujuan untuk mendoakan jabang bayi yang ada di dalam kandungan. Kenapa pas empat bulan kandungan? karena pas empat bulan kandungan inilah ditiupkannya ruh, rejeki, jodoh dan ajal, seperti sabda rasulullah shollalohu 'alaihi wassalam "Sesungguhnya setiap orang di antara kalian dikumpulkan penciptaannya di dalam perut ibunya selama empat puluh hari (berupa sperma), kemudian menjadi segumpal darah dalam waktu empat puluh hari pula, kemudian menjadi segumpal daging dalam waktu empat puluh hari juga. Kemudian diutuslah seorang malaikat meniupkan ruh ke dalamnya dan diperintahkan untuk menuliskan empat hal: rejekinya, ajalnya, amalnya, dan apakah dia menjadi orang yang celaka atau bahagia." (HR. Muslim).


Ngupati atau didaerah lain Mapati berasal dari bahasa jawa "Papat" atau Empat dalam arti bahasa Indonesia. Seperti kenduri pada Umumnya Ngupati biasanya menghadirkan atau mengundang beberapa orang, yang biasanya dari keluarga dan tetangga sekitar. Ritual ngupati ini biasanya diisi dengan do'a-do'a keselamatan yang di pimpin oleh seorang ustadz dan diaminkan oleh jamaah yang hadir dalam acara tersebut. Do'a keselamatan ini mempunyai tujuan agar ibu yang mengandung, anak yang dikandung dan keluarganya diberikan keselamatan baik saat mengandung sampai dengan melahirkan.

Setelah ritual doa selesai, biasanya para tamu undangan akan dibekali dengan "berkat", atau makanan yang dibungkus untuk para tamu undangan, sebagai bentuk terima kasih dan sedekah dari yang mempunyai hajat.

Didalam masyarakat sendiri, dalam menyikapi ngupati ini terbagi menjadi 2 kelompok. Ada yang melarang ada yang membolehkan.
Foto : Avepress

Bagi masyarakat yang membolehkan mereka berpendapat bahwa tradisi ngupati ini berasal dari jaman dahulu tepatnya jaman para wali. Menurut beberapa sumber dari orang-orang tua, tradisi ngupati ini berasal dari jaman para wali di abad ke 14. Adapun bagi yang melarang, mereka berpendapat bahwa acara ngupati adalah Bid'ah, yaitu suatu ritual yang masuk didalam ranah ibadah yang tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah Shollalohu 'alaihi wassalam dan para sahabat beliau radhiyallohu ta'ala 'anhum ajma'iin.

Walaupun terbagi menjadi dua pendapat yang cukup tajam di masyarakat, tetapi kita harus tetap saling menghormati dan menahan diri agar tetap bersatu dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

close