Notification

×

Iklan

Iklan

Pengertian Resesi dan 9 hal Akibatnya Bagi Ekonomi

Kamis, 29 Desember 2022 | Desember 29, 2022 WIB Last Updated 2022-12-29T12:07:31Z
Foto : Wise

Akhir-akhir ini kita sering mendengar kata-kata resesi. Pemerintah melalui menteri keuangan Sri Mulyani, mengatakan bahwa Dunia akan mengalami Resesi di tahun 2023. Ekonomi global akan bergejolak akibat Resesi. Lalu apa sih sebenarnya Resesi itu? Apa dampaknya bagi negara dan Masyarakat?

Dikutip dari Gramedia.com Resesi adalah penurunan aktivitas ekonomi yang signifikan dalam waktu yang stagnan dan lama, dimulai dari berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. Resesi juga berarti kontraksi besar-besaran dalam hal kegiatan ekonomi. Para ahli menyatakan resesi terjadi ketika ekonomi suatu negara mengalami peningkatan dalam jumlah pengangguran, penurunan ritel, produk domestik bruto (PDB) yang negatif, dan terdapat kontraksi pendapatan dan manufaktur untuk jangka waktu yang lama maupun pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal berturut-turut.

Kemudian dengan adanya Resesi Global apa dampak yang akan kita alami sebagai negara dan sebagai masyararakat? Berikut beberapa dampak dari resesi yang dikuti dari situs Gramedia.com.

1. Inflasi

Inflasi adalah merupakan suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus, kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas pada barang lainnya. (Wikipedia.org)

2. Deflasi Berlebihan

Deflasi dalam ilmu ekonomi, deflasi adalah suatu periode di mana harga-harga secara umum mengalami penurunan dan nilai uang bertambah. Ekonomi yang mengalami deflasi akan menunjukkan gejala harga-harga, gaji, dan upah menurun. (Wikipedia.org)

3. Gelembung Aset

Gelembung Aset atau Asset bubble terjadi ketika terjadi peningkatan harga aset secara ekstrem berdasarkan harapan kenaikan harga pada masa depan dan tanpa dukungan fundamental ekonomi. (pluang.com)

4. Guncangan Ekonomi yang Mendadak

Guncangan Ekonomi yang Mendadak ditandai dengan menurunnya daya beli yang disebabkan kesulitan finansial serta masalah serius lainnya seperti tumpukkan hutang. (bfi.co.id)

5. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

Perkembangan teknologi juga berkontribusi terhadap resesi. Misalnya, sejak abad ke-19, gelombang teknologi hemat tenaga kerja meningkat. Revolusi ini, juga dikenal sebagai revolusi industri, kemudian membuat seluruh profesi menjadi usang dan memicu resesi. Saat ini, beberapa ekonom khawatir kecerdasan buatan (AI) dan robot akan memicu resesi karena banyak pekerja akan kehilangan mata pencaharian. (bamai.uma.ac.id)

6. Ketidakseimbangan Produksi dan Konsumsi

Rendahnya konsumsi sementara kebutuhan kian tinggi akan mendorong terjadinya impor. Hal ini kemudian akan berakibat pada penurunan laba perusahaan sehingga berpengaruh pada lemahnya pasar modal. (gramedia.com)

7. Pertumbuhan Ekonomi Merosot selama Dua Kuartal Berturut-turut

Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu indikasi yang digunakan dalam menentukan baik tidaknya kondisi ekonomi suatu negara. Jika pertumbuhan ekonomi mengalami kenaikan maka negara tersebut masih dalam kondisi ekonomi yang kuat begitu pula sebaliknya. Bruto,sebagai acuan produk. Jika produk domestik bruto mengalami penurunan maka dapat dipastikan bahwa pertumbuhan ekonomi negara yang bersangkutan mengalami resesi.

8. Nilai Impor Lebih Besar dari Ekspor

Negara yang tidak dapat memproduksi kebutuhannya sendiri kemudian mengimpor dari negara lain. Sebaliknya, negara yang memiliki kelebihan produksi dapat mengekspor ke negara yang membutuhkan komoditas tersebut. Sayangnya nilai impor yang lebih besar dari nilai ekspor dapat berdampak pada perekonomian yaitu defisitnya anggaran negara.

9. Tingkat Pengangguran Tinggi

Tingkat pengangguran akan menjadi sangat tinggi jika terjadi resesi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

close