Notification

×

Iklan

Iklan

Biografi Singkat Panglima Besar Jenderal Soedirman

Selasa, 11 Oktober 2022 | Oktober 11, 2022 WIB Last Updated 2022-10-28T07:42:08Z
Jenderal Soedirman
Panglima Besar Jenderal Soedirman adalah salah satu Pahlawan Nasional Indonesia. Nama beliau begitu harum dalam sejarah Kemerdekaan Negera Kesatuan Republik Indonesia. Beliau adalah salah satu Pahlawan yang mempertahankan kemerdekaan dari penjajah.

Beliau merupakan salah satu dari tiga jenderal yang memperoleh Pangkat Bintang Lima dalam militer selain Yaitu Soeharto dan A.H. Nasution. Soedirman kecil lahir di Bodas Karangjati, Rembang, Purbalingga, 24 Januari 1916. Ayah beliau bernama Karsid Kartawiuraji dan ibu beliau bernama Siyem. Akan tetapi beliau lebih banyak tinggal bersama pamannya yang bernama Raden Cokrosunaryo setelah diadopsi. Dan ketika Soedirman pindah ke Cilacap di tahun 1916, ia bergabung dengan organisasi Islam Muhammadiyah.

Soedirman mendapatkan gelar jenderal di usia 31 tahun, pada saat pemerintahan presiden Ir. Soekarno. Pada 1936 ia beliau bekerja sebagai seorang guru. Dan kemudian menjadi kepala sekolah, di SD Muhammadiyah. Beliau juga aktif dalam kegiatan Muhammadiyah lainnya dan menjadi pemimpin Kelompok Pemuda Muhammadiyah pada tahun 1937. Setelah Jepang menduduki Hindia Belanda pada 1942, Soedirman tetap mengajar. Pada tahun 1944, ia bergabung dengan tentara Pembela Tanah Air (PETA) yang disponsori Jepang, menjabat sebagai komandan batalion di Banyumas.

Pada Masa kependudukan jepang di Indonesia tahun 1942, beliau masuk menjadi tentara PETA. PETA atau Pembela Tanah Air adalah satuan militer yang dibentuk Jepang di Indonesia pada masa pendudukan Jepang. PETA dibentuk pada tanggal 3 Oktober 1943 sebagai tentara sukarela berdasarkan maklumat Osamu Seirei No. 44 yang diumumkan oleh Panglima Angkatan Darat ke-16, Letnan Jenderal Kumakichi Harada. Pelatihan pasukan PETA dipusatkan di kompleks militer di Bogor.

Pada tanggal 12 November 1945, Jenderal Soedirman terpilih menjadi pemimpin TKR (Tentara Keamanan Rakyat) atau sekarang menjadi TNI. Tentara Keamanan Rakyat (TKR) adalah sebuah nama angkatan perang pertama yang dibentuk oleh Pemerintah Indonesia, setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. TKR dibentuk pada tanggal 5 Oktober 1945 berdasarkan maklumat yang dikeluarkan oleh Pemerintah Republik Indonesia. TKR dibentuk dari hasil peningkatan fungsi Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang sudah ada sebelumnya dan tentara intinya diambil dari bekas PETA.

Lukisan pahlawan Jenderal Soedirman saat Agresi Militer Belanda II oleh Hardjanto

Perang Gerilya

Panglima Besar Jenderal Soedirman memimpin perang gerilya untuk melawan penjajah dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Pada saat memimpin Perang Gerilya beliau dalam keadaan sakit. Sakit beliau adalah sakit TBC. Panglima Besar Jenderal Soedirman bersama pasukannya melewati hutan, sungai dan bukit. Walaupun beliau dalam keadaan sakit, tetapi beliau tetap semangat dalam berjuang. Dalam perjuanganya beliau bahkan sampai ditandu oleh prajuritnya. Karena semakin meningkatnya tekanan dari PBB, pada 7 Mei 1949 Indonesia dan Belanda menggelar perundingan, yang menghasilkan Perjanjian Roem-Royen. Perjanjian ini menyatakan bahwa Belanda harus menarik pasukannya dari Yogyakarta. Pada tanggal 10 Juli, Soedirman dan kelompoknya kembali ke Yogyakarta, mereka disambut oleh ribuan warga sipil dan diterima dengan hangat oleh para elit politik di sana. Wartawan Rosihan Anwar, yang hadir pada saat itu, menulis pada 1973 bahwa "Soedirman harus kembali ke Yogyakarta untuk menghindari anggapan adanya keretakan antar pemimpin tertinggi republik".

Sakit dan Wafat

Soedirman terus berjuang melawan TBC dengan melakukan pemeriksaan di Panti Rapih. Beliau menginap di Panti Rapih menjelang akhir tahun, dan keluar pada bulan Oktober. Beliau lalu dipindahkan ke sebuah sanatorium di dekat Pakem. Akibat penyakitnya ini, Panglima Besar Jenderal Soedirman jarang tampil di depan publik. Beliau dipindahkan ke sebuah rumah di Magelang pada bulan Desember. Pada saat yang bersamaan, pemerintah Indonesia dan Belanda mengadakan konferensi panjang selama beberapa bulan yang berakhir dengan pengakuan Belanda atas kedaulatan Indonesia pada 27 Desember 1949. Meskipun sedang sakit, Panglima Besar Jenderal Soedirman saat itu juga diangkat sebagai panglima besar TNI di negara baru bernama Republik Indonesia Serikat. Pada 28 Desember, Jakarta kembali dijadikan sebagai ibu kota negara.

Panglima Besar Jenderal Soedirman wafat di Magelang pada pukul 18.30 malam pada tanggal 29 Januari 1950. Kabar duka ini dilaporkan dalam sebuah siaran khusus di RRI (Radio Republik Indonesia). Nama beliau yang harum banyak digunakan untuk nama-nama jalan, museum, Universitas.

Panglima Besar Jenderal Soedirman telah menerima berbagai tanda kehormatan dari pemerintah pusat secara anumerta, termasuk Bintang Sakti, Bintang Gerilya, Bintang Mahaputra Adipurna, Bintang Mahaputra Pratama, Bintang Republik Indonesia Adipurna, dan Bintang Republik Indonesia Adipradana. Dan pada 10 Desember 1964, Panglima Besar Jenderal Soedirman ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia melalui Keputusan Presiden No. 314 Tahun 1964.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

close